Tindakan-tindakan aneh Nabi Khidir yang Membuat Nabi Musa Tercengang
Yonif
5:08 AM
Begitulah, Setelah keduany sepakat dengan syarat itu mereka lalu mengadakan perjalanan panjang. Maka mulailah Khidir memberikan pelajaran pertamanya. Ketika itu mereka akan menyeberangi sebuah sungai dengan menaiki perahu. Di atas perahu ini, Khidir mulai bertingkah aneh dan tak masuk akal, yaitu melubangi perahu yang mereka tumpangi. Dan bagaimana reaksi Musa seketika itu?.
Ternyata benar apa yang dikatakan Khidir. Musa yang sejak semula disangsikan kesabarannya itupun mulai menunjukkkan sikapnya. Musa tidak bisa menerima tindakan gurunya itu. Ya, bukankah dengan melubangi perahu tersebut itu berarti akan menenggelamkan mereka semua?, Bukankah tindakan itu sebuah kesalahan, pelanggaran, dan dosa sebab bisa merugikan orang lain?.
Berbagai pertanyaan itu terus berkecamuk dalam benak Musa. Dia yang sejak semula punya sikap keras itupun akhirnya tidak bisa membendung perasaannya.
"Mengapa kamu melubangi perahu ini?, Bukankah dengan itu kita bisa tenggelam?. Sungguh, kamu telah melakukan kesalahan yang besar!", protes Musa.
Untuk pertama kalinya Musa menerima pengajaran dari Khidir, dan untuk pertama kalinya juga dia melanggar janjinya. Lantas, apakah jawaban Khidir sendiri terhadap tindakan Musa?.
"Bukankah aku telah berkata, sesungguhnya kamu tak akan mampu bersabar jika bersamaku?".
Musa kemdian sadar, walaupun dalam hati sesungguhnya dia masih tak bisa menerima tindakan gurunya tersebut. Dia hanya diam seribu bahasa dalam ketidakmengertian. Musa berusaha untuk meyakinkan diri bahwa ada saatnya nanti Khidir akan menjelaskan perihal rahasia dari tindakannya itu.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Dan tanpa diduga oleh Musa perahu yan mereka tumpangi ternyata bisa mendarat dan baru tenggelam pas berada di pinggiran sungai. Sungguh luar biasa perhitungan Khidir. Tapi, sekali lagi Musa rupanya tidak menyadari hal itu. Dan masih belu hilang rasa bingung dalam hatinya dengan tindakan gurunya tadi, Khidirpun untuk kedua kalinya memberikan pelajaran yang harus direnungkan dengan sungguh-sungguh oleh Musa. Baru beberapa saat mereka melangkah dan beranjak dari perahu Khidir bertingkah aneh lagi. Saat itu mereka bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang bermain-main di pinggiran sungai. Khidir mendekati anak tersebut. Dan diluar dugaan siapapun tak terkecuali oleh Musa sendiri, tiba-tiba Khidir membunuhnya tanpa alasan yang jelas. Tentu saja Musa kaget, mengapa gurunya itu bertindak di luar batas kemanusiaan?.
Kali ini Musa tidak saja bingung dan tak mengerti, namun juga tidak bisa menerimanya. Bagaimanapun juga membunuh adalah tindakan kelewat batas. Siapapun tak akan ada yang membenarkannya. Itu adalah tindakan dosa, bahkan tak terampunkan.Musa tak bisa tinggal diam dengan tindakan gurunya tersebut.
"Mengapa kamu bunuh seorang anak yang masih suci?. sungguh kamu telah melakukan perbuatan mungkar!".
Demikianlah reaksi Musa. Namun untuk kedua kalinya Khidir hanya mengulangi ucapannya sebagaimana yang disampaikan sebelumnya.
"Bukankah aku telah berkata, sesungguhnya kamu tak akan mampu bersabar jika bersamaku?".
Lagi, Musa hanya diam dalam kebingungan sekaligus kemarahan. Bagaimanapun tindakan Khidir kali ini sudah kelewat batas dan tak masuk akal. Namun rupanya dalam hati Musa mulai tertanam satu kesadaran bahwa dia memang belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk bisa tahu hakikat dan rahasia dari tindakan gurunya.
Musa sadar betul bahwa masih seperti orang awam yang tak pernah bisa mengerti tentang tindakan-tindakan aneh yang dilakukan oleh orang-orang tertentu yang punya kedekatan dengan Allah. Musapun lal berjanji:
"Jika aku masih bertanya lagi setelah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku untuk menyertaimu. Sungguh, sudah cukup bagimu memberikan maaf kepadaku!".
Musa berjanji bahwa dia tak akan lagi bertanya tentang berbagai tindakan yang dilakukan oleh Khidir. Selain untuk memenuhi janjinya semula, dalam diri Musa sendiri sesungguhnya mulai yakin bahwa apa yang dilakukan oleh gurunya pasti mengandung sebuah rahasia yang tersembunyi yang masih belum ia ketahui untuk sementara waktu.
Setelah kejadian itu, lalu mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di suatu negeri. Dalam negeri itu mereka meminta agar penduduk menyambutnya, namun mereka tidak mau. Mereka pun melanjutkan perjalanan lagi yang tak lama kemudian mereka mendapati sebuah rumah dengan dinding yang hampir roboh. Melihat keadaan itu serta merta Khidir membetulkannya. Dan tentu saja kali itu Musa merasa heran, "Jika kamu mau, niscaya kamu akan mengambil upah untuk itu!", kata Musa.
Khidir hanya tersenyum. Tiga pelajaran telah disampaikan oleh Khidir kepada Musa, namun sampai pada saat itu muridnya masih belum bisa memahami ajarannya. Maka tibalah saatnya untuk menjelaskan semua yang telah terjadi.
"Inilah saatnya perpisahan antara kita. Sekarang akan aku beritahu semua maksud dari tindakanku yang kau tak sanggup untuk sabar menghadapinya", kata Khidir.
satu persatu tindakan Khidir yang dinilai irasional oleh Musa dijelaskan.
Pertama, mengenai masalah mengapa dia merusak sebuah perahu dengan melubanginya, Khiddir menjelaskan sebagai berikut:
"Adapun perahu itu adalah keunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusaknya sebab dihadapan mereka adalah seorang raja yang akan merampas semua perahu yang ada!".
menurut Khidir, perahu yang ditumpanginya adalah milik seorang miskin yang tak punya sumber penghasilan lain selain hanya pada sebuah perahu tersebut. Dan dengan ketajaman hatinyaKhidir tahu bahwa beberapa saat lagi sang raja penguasa wilayah tersebut akan merampas semua perahu yang ada di sungai itu. Untuk menyelamatkannya dari rampasan raja, sengaja Khidir membocori dan merusaknya supaya perahu milik orang miskin tersebut tidak ikut dirampas. Dengan demikian dia masih bisa bekerja dengan perahunya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Kedua, adapun mengenai anak kecil yang sengaja dibunuhnya. Khidir menjelaskan:
"Dan adapun mengenai anak itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin. Aku sangat khawatir anak itu kelak akan meyeret kedua orang tuanya kepada jalan kesesatan dan kekafiran. Dan aku menghendaki supaya Allah mengganti anak mereka dengan seorang anak yang lebih baik".
Khidir, sebagaimana yang dikatakannya sendiri, sebenarnya tahu bahwa anak kecil yang dibunuhnya itu adalah anak yang kelak akan tubuh menjadi manusia yang berbahaya bagi kedua orang tuanya. Anak tersebut berpotensi untuk menjerumuskan ibu bapaknya yang beriman ke jalan sesat dan kufur. Dengan membunuhnya itu berarti Khidir menyelamatkan kedua orang tuanya, bahkan akan menyelamatkan orang banyak dari kesesatan yang kelak akan ditimbulkan oleh anak tersebut.
Musa tercengang dengan penjelasan Khidir. Dia sadar bahwa sikap keras kepalanya yang tak bisa menerima tindakan gurunya itu adalah lebih diakibatkan oleh ketidaktahuannya terhadap rahasia dibalik tindakan aneh yang dilakukan Khidir. Selama itu dia hanya memandang perilaku dan tindakan Khidir hanya sebatas pada sisi wujud dhahirnya saja tanpa mencoba menyelami hakikatnya.
Ketiga, mengenai masalah mengapa Khidir berbaik hati mau memperbaiki sebuah tembok rumah yang hampir roboh, dia menjelaskan sebagai berikut:
"Adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim, yang dibawahnya ada sebuah harta warisan untuk mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang shalih. Maka Tuhanmu menghendaki agar mereka berdua sampai pada ummur dewasa dan mengeluarkan harta warisan itu, dan aku memperbaiki tembok tersebut bukan atas kemauanku sendiri".
Khidir menjelaskan bahwa tindakannya memperbaiki tembok yang akan roboh dikarenakan di dalam tanah dimana tembok tersebut dibangun ada sebuah harta warisan yang diperuntukkan bagi dua anak yatim yang saat itu masih kecil. Dengan memperbaiki tembok tersebut Khidir tahu bahwa kelak ketika kedua anak tersebut dewasa, pada saat itulh tembok yang diperbaikinya tersebut akan roboh. Kelak kedua anak yatim itu akan memperbaikinya yang lalu akan menemukan harta tersebut.
Untuk kesekian kalinya Musa tercengang. Dia merasa bahwa Khdir, gurunya itu bukanlah manusia sembarangan. Dia adalah manusia yang benar-benar dikaruniai Allah dengan sebuah ilmu yang langsung dari-Nya hingga dia mampu mengetahui hal-hal ghaib yang akan terjadi.
Prev page <<<
Ternyata benar apa yang dikatakan Khidir. Musa yang sejak semula disangsikan kesabarannya itupun mulai menunjukkkan sikapnya. Musa tidak bisa menerima tindakan gurunya itu. Ya, bukankah dengan melubangi perahu tersebut itu berarti akan menenggelamkan mereka semua?, Bukankah tindakan itu sebuah kesalahan, pelanggaran, dan dosa sebab bisa merugikan orang lain?.
Berbagai pertanyaan itu terus berkecamuk dalam benak Musa. Dia yang sejak semula punya sikap keras itupun akhirnya tidak bisa membendung perasaannya.
"Mengapa kamu melubangi perahu ini?, Bukankah dengan itu kita bisa tenggelam?. Sungguh, kamu telah melakukan kesalahan yang besar!", protes Musa.
Untuk pertama kalinya Musa menerima pengajaran dari Khidir, dan untuk pertama kalinya juga dia melanggar janjinya. Lantas, apakah jawaban Khidir sendiri terhadap tindakan Musa?.
"Bukankah aku telah berkata, sesungguhnya kamu tak akan mampu bersabar jika bersamaku?".
Musa kemdian sadar, walaupun dalam hati sesungguhnya dia masih tak bisa menerima tindakan gurunya tersebut. Dia hanya diam seribu bahasa dalam ketidakmengertian. Musa berusaha untuk meyakinkan diri bahwa ada saatnya nanti Khidir akan menjelaskan perihal rahasia dari tindakannya itu.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Dan tanpa diduga oleh Musa perahu yan mereka tumpangi ternyata bisa mendarat dan baru tenggelam pas berada di pinggiran sungai. Sungguh luar biasa perhitungan Khidir. Tapi, sekali lagi Musa rupanya tidak menyadari hal itu. Dan masih belu hilang rasa bingung dalam hatinya dengan tindakan gurunya tadi, Khidirpun untuk kedua kalinya memberikan pelajaran yang harus direnungkan dengan sungguh-sungguh oleh Musa. Baru beberapa saat mereka melangkah dan beranjak dari perahu Khidir bertingkah aneh lagi. Saat itu mereka bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang bermain-main di pinggiran sungai. Khidir mendekati anak tersebut. Dan diluar dugaan siapapun tak terkecuali oleh Musa sendiri, tiba-tiba Khidir membunuhnya tanpa alasan yang jelas. Tentu saja Musa kaget, mengapa gurunya itu bertindak di luar batas kemanusiaan?.
Kali ini Musa tidak saja bingung dan tak mengerti, namun juga tidak bisa menerimanya. Bagaimanapun juga membunuh adalah tindakan kelewat batas. Siapapun tak akan ada yang membenarkannya. Itu adalah tindakan dosa, bahkan tak terampunkan.Musa tak bisa tinggal diam dengan tindakan gurunya tersebut.
"Mengapa kamu bunuh seorang anak yang masih suci?. sungguh kamu telah melakukan perbuatan mungkar!".
Demikianlah reaksi Musa. Namun untuk kedua kalinya Khidir hanya mengulangi ucapannya sebagaimana yang disampaikan sebelumnya.
"Bukankah aku telah berkata, sesungguhnya kamu tak akan mampu bersabar jika bersamaku?".
Lagi, Musa hanya diam dalam kebingungan sekaligus kemarahan. Bagaimanapun tindakan Khidir kali ini sudah kelewat batas dan tak masuk akal. Namun rupanya dalam hati Musa mulai tertanam satu kesadaran bahwa dia memang belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk bisa tahu hakikat dan rahasia dari tindakan gurunya.
Musa sadar betul bahwa masih seperti orang awam yang tak pernah bisa mengerti tentang tindakan-tindakan aneh yang dilakukan oleh orang-orang tertentu yang punya kedekatan dengan Allah. Musapun lal berjanji:
"Jika aku masih bertanya lagi setelah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku untuk menyertaimu. Sungguh, sudah cukup bagimu memberikan maaf kepadaku!".
Musa berjanji bahwa dia tak akan lagi bertanya tentang berbagai tindakan yang dilakukan oleh Khidir. Selain untuk memenuhi janjinya semula, dalam diri Musa sendiri sesungguhnya mulai yakin bahwa apa yang dilakukan oleh gurunya pasti mengandung sebuah rahasia yang tersembunyi yang masih belum ia ketahui untuk sementara waktu.
Setelah kejadian itu, lalu mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di suatu negeri. Dalam negeri itu mereka meminta agar penduduk menyambutnya, namun mereka tidak mau. Mereka pun melanjutkan perjalanan lagi yang tak lama kemudian mereka mendapati sebuah rumah dengan dinding yang hampir roboh. Melihat keadaan itu serta merta Khidir membetulkannya. Dan tentu saja kali itu Musa merasa heran, "Jika kamu mau, niscaya kamu akan mengambil upah untuk itu!", kata Musa.
Khidir hanya tersenyum. Tiga pelajaran telah disampaikan oleh Khidir kepada Musa, namun sampai pada saat itu muridnya masih belum bisa memahami ajarannya. Maka tibalah saatnya untuk menjelaskan semua yang telah terjadi.
"Inilah saatnya perpisahan antara kita. Sekarang akan aku beritahu semua maksud dari tindakanku yang kau tak sanggup untuk sabar menghadapinya", kata Khidir.
satu persatu tindakan Khidir yang dinilai irasional oleh Musa dijelaskan.
Pertama, mengenai masalah mengapa dia merusak sebuah perahu dengan melubanginya, Khiddir menjelaskan sebagai berikut:
"Adapun perahu itu adalah keunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusaknya sebab dihadapan mereka adalah seorang raja yang akan merampas semua perahu yang ada!".
menurut Khidir, perahu yang ditumpanginya adalah milik seorang miskin yang tak punya sumber penghasilan lain selain hanya pada sebuah perahu tersebut. Dan dengan ketajaman hatinyaKhidir tahu bahwa beberapa saat lagi sang raja penguasa wilayah tersebut akan merampas semua perahu yang ada di sungai itu. Untuk menyelamatkannya dari rampasan raja, sengaja Khidir membocori dan merusaknya supaya perahu milik orang miskin tersebut tidak ikut dirampas. Dengan demikian dia masih bisa bekerja dengan perahunya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Kedua, adapun mengenai anak kecil yang sengaja dibunuhnya. Khidir menjelaskan:
"Dan adapun mengenai anak itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin. Aku sangat khawatir anak itu kelak akan meyeret kedua orang tuanya kepada jalan kesesatan dan kekafiran. Dan aku menghendaki supaya Allah mengganti anak mereka dengan seorang anak yang lebih baik".
Khidir, sebagaimana yang dikatakannya sendiri, sebenarnya tahu bahwa anak kecil yang dibunuhnya itu adalah anak yang kelak akan tubuh menjadi manusia yang berbahaya bagi kedua orang tuanya. Anak tersebut berpotensi untuk menjerumuskan ibu bapaknya yang beriman ke jalan sesat dan kufur. Dengan membunuhnya itu berarti Khidir menyelamatkan kedua orang tuanya, bahkan akan menyelamatkan orang banyak dari kesesatan yang kelak akan ditimbulkan oleh anak tersebut.
Musa tercengang dengan penjelasan Khidir. Dia sadar bahwa sikap keras kepalanya yang tak bisa menerima tindakan gurunya itu adalah lebih diakibatkan oleh ketidaktahuannya terhadap rahasia dibalik tindakan aneh yang dilakukan Khidir. Selama itu dia hanya memandang perilaku dan tindakan Khidir hanya sebatas pada sisi wujud dhahirnya saja tanpa mencoba menyelami hakikatnya.
Ketiga, mengenai masalah mengapa Khidir berbaik hati mau memperbaiki sebuah tembok rumah yang hampir roboh, dia menjelaskan sebagai berikut:
"Adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim, yang dibawahnya ada sebuah harta warisan untuk mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang shalih. Maka Tuhanmu menghendaki agar mereka berdua sampai pada ummur dewasa dan mengeluarkan harta warisan itu, dan aku memperbaiki tembok tersebut bukan atas kemauanku sendiri".
Khidir menjelaskan bahwa tindakannya memperbaiki tembok yang akan roboh dikarenakan di dalam tanah dimana tembok tersebut dibangun ada sebuah harta warisan yang diperuntukkan bagi dua anak yatim yang saat itu masih kecil. Dengan memperbaiki tembok tersebut Khidir tahu bahwa kelak ketika kedua anak tersebut dewasa, pada saat itulh tembok yang diperbaikinya tersebut akan roboh. Kelak kedua anak yatim itu akan memperbaikinya yang lalu akan menemukan harta tersebut.
Untuk kesekian kalinya Musa tercengang. Dia merasa bahwa Khdir, gurunya itu bukanlah manusia sembarangan. Dia adalah manusia yang benar-benar dikaruniai Allah dengan sebuah ilmu yang langsung dari-Nya hingga dia mampu mengetahui hal-hal ghaib yang akan terjadi.
Prev page <<<
Tindakan-tindakan aneh Nabi Khidir yang Membuat Nabi Musa Tercengang
Reviewed by Yonif
on
5:08 AM
Rating: