Pertemuan Nabi Musa Dengan Nabi Khidir

Dalam peralanan sejarah yang panjang, Al Qur'an selai mengisahkan tentang Musa dan Fir'aun juga mengisahkan tentang Musa dan seseorang yang diyakini sebagai nabi Khidir. Dan sebagaimana kisah-kisah sebelumnya, kisah perjalanan nabi Musa dengan seseorang yang disebut terakhir ini juga mengindikasikan betapa sisi supranaturalistik dari mukjizat seorang nabi itu sulit sekali dianalisis secara ilmiah. Sama dengan tindakan Musa yang membunuh seorang Mesir hanya dengan kepalan tinju yang sepertinya tak mungkin hal itu bisa terjadi, demikian pula kisah tindakan nyleneh Khidir yang ditunjukkkan kepada Musa.


Permulaan kisah barangkali dapat dimulai dari petunjuk ayat berikut:
"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami" (QS Al Kahfi:65)

Pada saat itu Musa berjalan dengan salah seorang muridnya yang sebelumnya dia sendiri telah berjanji, "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua lauta, atau (kalau tidak demikian) aku akan berjalan terus bertahun-tahun (sampai menemukan tempat itu)".

Dalam perjalanan panjangnya, sampailah Musa dan muridnya di tempat yang dimaksud, yaitu satu tempat yang merupakan pertemuan dua lautan. Di tempat inilah, dia bersama muridnya bertemu dengan seorang hamba Allah yang shalih, yang dalam Al Qur'an dinyatakan sebagai hamba Allah yang telah dianugerahi oeh Allah dengan rahmat berupa pengajaran ilmu langsung dari-Nya. Mayoritas ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud seorang hamba shalih tersebut adalah Khidir, sedangkan yang dimaksud dengan "rahmat" di situ adalah derajat kenabian. Adapun yang dimaksud dengan "ilmu yang langsung dari-Nya" adalah berupa ilmu ghaib atau dalam istilah terminologi tasauf barangkali semacam ilmu mukasyafah.

Atas petunjuk Allah, Musa sesungguhnya mengetahui keberadaan seorang hamba tersebut. Dan pada saat bertemu dengannya, Musa langsung memohon agar dia diangkat sebgai murid, dia ingin belajar banyak dari pengalaman hidup dan belajar pengetahuan yang sebelumnya Musa kurang memahaminya.

"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu Allah yang telah diajarkan-Nya kepadamu".

"Kau tak akan sanggup untuk bersabar bersamaku:.

Itulah jawaban Khidir kepada Musa. Sebuah jawaban singkat namun masih menyimpan tanda tanya besar. Mengapa Khidir meragukan kesabaran seorang Musa yang nabi itu?. Mungkin Khidir sendiri mengetahui bahwa Musa, sebenarnya masih perlu banyak belajar bagaimana cara bersabar, sekaligus mengapa harus sabar. Khidir tahu persis bahwa Musa masih belum punya kesiapan untuk mengikuti langkahnya, tak akan bisa sabar melihat kenyataan-kenyataan hidup, dan tak akan mampu menafsirkan segala tindakan yang akan diajarkan kepadanya. Sekali lagi, Khidir tahu beul bahwa Musa masih belum mempunyai ketajaman hati dan kedalaman berpikir utnuk menangkap rahasia-rahasia tindakan Khidir. Atas dasar ini, maka tak heran jika Khidir meragukan kesabaran Musa.

"Bagaimana kamu bisa bersabar atas segala sesuatu, sementara kamu masih belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang itu?".

Namun Musa masih bersikeras untuk mengikuti kemana langkah Khidir pergi. Dia sudah menetapkan satu tekat, bahwa dia harus menjadi murid Khidir dan harus banyak belajar tentang ilmu darinya. Dia berjanji akan berusaha untuk bersabar dan menjadi seorang murid yang baik.

"InsyaAllah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang bersabar. Aku tidak akan menentang segala kebijakanmu:, janji Musa kepada Khidir.

Akhirnya orang tua yang shalih itupun menerima Musa, namun masih dengan satu syarat, Musa tidak boleh mempertanyakan segala pengajaran yang diajarkan kepadanya.

"Jika mengikutiku, maka janganlah sekali-kali kamu mempertanyakan tentang sesuatu apapun kepadaku sampai aku sendiri nanti yang akan menjelaskan kepadamu", pinta Khidir.

Syarat tersebut langsung diterima oleh Musa sebab mungkin saja dia merasa syarat yang diajukan Khidir itu mudah. Musa mungkin tidak menyadari bahwa syarat tersebut menuntutnya agar tidak banyak bicara sebelum berpikir. Dia dituntut untuk banyak merenung myikapi semua hal, terutama yang berkaitan dengan tindakan Khidir. Syarat ini sesungguhnya mewajibkan dia untuk tidak melihat segala sesuatu hanya dari sisi wujud, namun yang terpenting adalah dari sisi hakikatnya.

Next Page >>>
Pertemuan Nabi Musa Dengan Nabi Khidir Pertemuan Nabi Musa Dengan Nabi Khidir Reviewed by Yonif on 9:30 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.